Seorang raja mempunyai teman yang bijak yang selalu
mendampingi dan selalu menjadi teman bicaranya, dia bernama Hakim. Dia selalu
menyampaikan pesan bijak kepada rajanya “Berbuat baiklah engkau kepada orang
yang berbuat baik karna kebaikannya, sebab orang yang berbuat jelek cukuplah
bagimu kejelekannya itu”. Kata-kata ini selalu mengawali pertemuannya sang
raja. Raja menyukai Hakim karna kesholehannya, selain itu juga, kata-katanya
sangat mengandung hikmah, hingga kedekatannya dengan raja menuai iri dan dengki
orang lain.

Sebelum dipanggil raja, Hakim diundang kedalam sebuah jamuan
makan oleh Hasid, dia disuguhi makanan yang beraroma bawang, tak pelak bila dia
merasa mulutnya berbau bawang.
Usai jamuan makan itu, Hakim langsung menuju istana raja,
dia terburu-buru tak sempat cuci mulut terlebih dahulu. “Berbuat baiklah engkau
kepada orang yang berbuat baik karna kebaikannya, sebab orang yang berbuat
jelek cukuplah bagimu kejelekannya itu” Hakim memulai pertemuan.
Untuk membuktikan perkataan Hasid, raja mendekati Hakim.
Benar saja Hakim menutup mulut dan hidungnya, karna hawatir aroma bau bawang
dari mulutnya itu tercium oleh raja. Raja pun berkesimpulan bahwa Hasid benar.
Ahirnya raja memutuskan untuk menyingkirkan Hakim dari istana.
Agar tidak diketahui oleh Hakim atas niatnya itu, raja
menulis surat yang berisi ‘Perintah’ kepada salah satu gubenurnya. Kemudian
raja memerintahkan Hakim untuk mengantarkannya, dan dia diberikan sebuah hadiah
yang menarik sebagai ganti lelah atas perjalanannya.
Dengan patuh Hakim melaksanakan perintah raja, dia bergegas
berangkat untuk menyampaikan surat dari sang raja. Ditengah perjalanan, Hasid
menghadangnya dan bertanya karna Hakim membawa sesuatu yang menarik, “Apa irtu”
Tanya Hasid. Hakim menjawabnya dengan jujur “Ini sebuah hadiah dari raja karna
aku diperintahkan mengantar surat ini ke gubernur”. Sambil menunjukkan surat
itu. “Berikan hadiah itu padaku, biar aku yang mengantarkannya” ujar Hasid
karna menginginkan hadiah dari raja. Dengan ketulusan dan kebaikan hatinya,
hakim memberikan hadiah dan surat itu kepada Hasid. Surat itupun diantarkannya
ke gubernur dengan alamat yang tertera.
Setelah gubernur menerima surat itu, dan selesai membacanya,
dan berkata “Isi dari surat ini, aku diperintahkan untuk memenggal kepalamu dan
mengulitimu”, Hasid terperangah “Tunggu, surat itu bukan milikku, aku akan
koonfirmasikan dulu dengan raja” dia bingung dan gemetar mendengar pernyataan
tersebut, “Sayang sekali, tidak ada kata konfirmasi dalam titah raja” timpal
gubernur. Akhirnya dilaksanakanlah perintah raja.
Disamping itu, Hakim yang kembali ke istana langsung
menghadap raja sebagaimana hari-hari biasanya. Duduk dan mengucapkan kata yang
telah biasa diucapkan di hadapan raja “Berbuat baiklah engkau kepada orang yang
berbuat baik karna kebaikannya, sebab orang yang berbuat jelek cukuplah bagimu
kejelekannya itu”. Sang raja heran melihat hakim masih segar bugar dan duduk
dihadapannya, “Baru kali ini perintahku tidak dilaksanakan oleh gubernur”
pikirnya dalam hati.
“Apa yang kau lakukan terhadap surat itu??” Tanya raja pada
Hakim, “Ditengah perjalanan aku bertemu Hasid, dan dia menawarkan jasa untuk
mengantarkan surat tuan” jawab Hakim. Raja pun teringat peristiwa kemaren
“Kemaren Hasid mengatakan kepadaku bahw kau menyangka aku orang yang bau” kata
raja, Hasid menjawab “Ampun tuan hamba, aku tidak pernah mengatakan hal itu”.
“Lantas, lalu mengapa kamu menutup mulut dan hidungmu disaat aku
menghampirimu?” Tanya raja heran. Hakim menceritakan hal yang terjadi “Kemaren
Hasid mengundangku ke acara hidangannya, dan makanan itu beraroma bawang, aku
tak ingin bau mulutku tercium oleh tuan” jawabnya sambil mengingat peristiwa
itu. Raja pun terdiam sembari merenungkan kata-kata yang sering diucapkan
Hakim, lalu berkata “Engkau benar, dan kembalilah ke tempat dudukmu, cukuplah
bagimu atas perbuatan jelek seseorang” ucap raja menirukan kata-kata Hakim.
Dikutip dari AL-MAJALIS
AL-SANIYYAH yang disarikan oleh BULETIN SIDOGIRI karya Ahmad ibnu Hijazi.