Senin, 16 Januari 2012

Surat Yang Salah

Seorang raja mempunyai teman yang bijak yang selalu mendampingi dan selalu menjadi teman bicaranya, dia bernama Hakim. Dia selalu menyampaikan pesan bijak kepada rajanya “Berbuat baiklah engkau kepada orang yang berbuat baik karna kebaikannya, sebab orang yang berbuat jelek cukuplah bagimu kejelekannya itu”. Kata-kata ini selalu mengawali pertemuannya sang raja. Raja menyukai Hakim karna kesholehannya, selain itu juga, kata-katanya sangat mengandung hikmah, hingga kedekatannya dengan raja menuai iri dan dengki orang lain.
Diantara mereka ada yang bernama Hasid, dia sebal, iri, dan sangt dengki kepada Hakim, hingga dia berusaha semaksimal mungkin menyusun rencana untuk membunuh hakim. Kepada raja Hasid berkata “Wahai tuan raja, dia (Hakim) menganggap tuan bau, dia akan menyumbat hidungnya jika jika tuan mendekati” Hasid mulai menghasud raja. Awalnya  Raja tidak mudah percaya begitu saja terhadap Hasid, namun karna Hasid memiliki trik yang jitu untuk mengambil hati raja, raja pun mulai ragu “Baiklah, akan aku buktikan dulu kebenaran ucapanmu itu”.
Sebelum dipanggil raja, Hakim diundang kedalam sebuah jamuan makan oleh Hasid, dia disuguhi makanan yang beraroma bawang, tak pelak bila dia merasa mulutnya berbau bawang.
Usai jamuan makan itu, Hakim langsung menuju istana raja, dia terburu-buru tak sempat cuci mulut terlebih dahulu. “Berbuat baiklah engkau kepada orang yang berbuat baik karna kebaikannya, sebab orang yang berbuat jelek cukuplah bagimu kejelekannya itu” Hakim memulai pertemuan.
Untuk membuktikan perkataan Hasid, raja mendekati Hakim. Benar saja Hakim menutup mulut dan hidungnya, karna hawatir aroma bau bawang dari mulutnya itu tercium oleh raja. Raja pun berkesimpulan bahwa Hasid benar. Ahirnya raja memutuskan untuk menyingkirkan Hakim dari istana.
Agar tidak diketahui oleh Hakim atas niatnya itu, raja menulis surat yang berisi ‘Perintah’ kepada salah satu gubenurnya. Kemudian raja memerintahkan Hakim untuk mengantarkannya, dan dia diberikan sebuah hadiah yang menarik sebagai ganti lelah atas perjalanannya.
Dengan patuh Hakim melaksanakan perintah raja, dia bergegas berangkat untuk menyampaikan surat dari sang raja. Ditengah perjalanan, Hasid menghadangnya dan bertanya karna Hakim membawa sesuatu yang menarik, “Apa irtu” Tanya Hasid. Hakim menjawabnya dengan jujur “Ini sebuah hadiah dari raja karna aku diperintahkan mengantar surat ini ke gubernur”. Sambil menunjukkan surat itu. “Berikan hadiah itu padaku, biar aku yang mengantarkannya” ujar Hasid karna menginginkan hadiah dari raja. Dengan ketulusan dan kebaikan hatinya, hakim memberikan hadiah dan surat itu kepada Hasid. Surat itupun diantarkannya ke gubernur dengan alamat yang tertera.
Setelah gubernur menerima surat itu, dan selesai membacanya, dan berkata “Isi dari surat ini, aku diperintahkan untuk memenggal kepalamu dan mengulitimu”, Hasid terperangah “Tunggu, surat itu bukan milikku, aku akan koonfirmasikan dulu dengan raja” dia bingung dan gemetar mendengar pernyataan tersebut, “Sayang sekali, tidak ada kata konfirmasi dalam titah raja” timpal gubernur. Akhirnya dilaksanakanlah perintah raja.
Disamping itu, Hakim yang kembali ke istana langsung menghadap raja sebagaimana hari-hari biasanya. Duduk dan mengucapkan kata yang telah biasa diucapkan di hadapan raja “Berbuat baiklah engkau kepada orang yang berbuat baik karna kebaikannya, sebab orang yang berbuat jelek cukuplah bagimu kejelekannya itu”. Sang raja heran melihat hakim masih segar bugar dan duduk dihadapannya, “Baru kali ini perintahku tidak dilaksanakan oleh gubernur” pikirnya dalam hati.
“Apa yang kau lakukan terhadap surat itu??” Tanya raja pada Hakim, “Ditengah perjalanan aku bertemu Hasid, dan dia menawarkan jasa untuk mengantarkan surat tuan” jawab Hakim. Raja pun teringat peristiwa kemaren “Kemaren Hasid mengatakan kepadaku bahw kau menyangka aku orang yang bau” kata raja, Hasid menjawab “Ampun tuan hamba, aku tidak pernah mengatakan hal itu”. “Lantas, lalu mengapa kamu menutup mulut dan hidungmu disaat aku menghampirimu?” Tanya raja heran. Hakim menceritakan hal yang terjadi “Kemaren Hasid mengundangku ke acara hidangannya, dan makanan itu beraroma bawang, aku tak ingin bau mulutku tercium oleh tuan” jawabnya sambil mengingat peristiwa itu. Raja pun terdiam sembari merenungkan kata-kata yang sering diucapkan Hakim, lalu berkata “Engkau benar, dan kembalilah ke tempat dudukmu, cukuplah bagimu atas perbuatan jelek seseorang” ucap raja menirukan kata-kata Hakim.

Dikutip dari AL-MAJALIS AL-SANIYYAH yang disarikan oleh BULETIN SIDOGIRI  karya Ahmad  ibnu Hijazi.