
Perjalanan Usaid bin Hudhair menuju hidayah Allah SWT
bermula dari kedatangan Mush’ab bin Umair ke Madinah untuk mengajarkan agama
Islam kepada kaum Anshor yang telah berbai’at kepada Rasulullah saw. Mereka
hadir dalam dakwah Mush’ab dengan jumlah yang sangat besar, mereka mendengarkan
keterangan-keterangan yang jelas dan masuk akal, kehalusan budi dan pancaran
iman Mush’ab sangat menyentuh hati meraka, dan yang menonjol diatas budi
pekertinya adalah lantunan ayat-ayat suci yang dibacakannya dengan suara yang
empuk dan merdu serta alunan yang manis menawan. Tanpa terasa mereka
mencucurkan air mata dan menyesali akan perbuatan nista yang pernah mereka
lakukan.
Dua pemimpin kabilah Aus, Usaid bin Hudhair dan Sa’ad bin
Mua’dz mendapatkan informasi akan seorang da’i Mekah yang datang ke Madinah itu,
bahwa yang mendukung adanya Mush’ab menyebarkan agama Islam adalah As’ad bin
Zurarah yang termasuk salah satu keluarga dekat Sa’ad bin Mu’adz.
Sa’ad bin Mu’adz berkata “Hai Usaid… Sebaiknya engkau
datangi pemuda Mekah itu, dia telah mempengaruhi rakyat kita yang bodoh-bodoh
dan menghina tuhan kita, cegahlah dia……. Beri peringatan agar dia tidak
beranjak dari kota ini semenjak pagi ini” kemudian dia melanjutkan kata-katanya
“Seandainya saja dia bukan tamu dari anak bibiku (As’ad bin Zurarah) sungguh
aku yang melakukannya sendiri”.
Secepat mungkin Usaid bin Hudhair mengambil tombaknya menuju
tempat Mush’ab berdakwah. As’ad bin Zuraroh melihat kedatangan Usaid yang tergesa-gesa
dengan sebujur tombak di tangannya, dia berkata kepada Mush’ab “Kebetulan wahai
Mush’ab, itu pemimpin kaumnya datang, seorang yang cerdas akalnya dan brilian
otaknya. Itulah Usaid bin Hudhair. Seandainya dia masuk Islam, maka akan banyak
orang yang mengikutinya. Berdoalah kepada Allah dan bijaksanalah
menghadapinya”.
Usaid bin Hudlair berdiri di tengah-tengah jamaah, dia
memandangi Mush’ab dan sahabatnya itu seraya berkata “Apa maksud tuan-tuan
mempengaruhi rakyat kami yang bodoh. Pergilah sekarang juga jika tuan-tuan
masih ingin hidup”. Mush’ab memandang Usaid dengan wajah berseri dan
memantulkan cahaya iman, dia berbicara dengan simpatik dan menawan “Wahai
pemimpin… Maukah anda mendengarkan yang lebih baik dari itu?” “Apa itu…?” Tanya
Usaid, Mush’ab berkata “Silahkan duduk bersama kami mendengarkan apa yang kami
bicarakan. Jika anda suka pada apa yang kami bicarakan, silahkan diambil, dan
jika anda tidak suka maka kami akan meninggalkan tuan dan tidak akan pernah
kembali ke kampong tuan” Usaid berkata “Anda memang pintar” ditancapkannya
tombak ke tanah kemudian dia duduk.
Mush’ab membicarakan tentang hakikat Islam sembari
melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an ditengah-tengah pembicaraannya, belum
selesai dia menjelaskan, Usaid berseru terkesan “ Alangkah baiknya kata-kata
ini, dan betapa indah ayat-ayat yang kau lantunkan. Apa yang akan aku kerjakan
bila aku masuk agama ini?”. Mush’ab menjawab “Mandi, bersihkan pakaian, anda
ucapkan dua kalimat syahadah kemudian sholat”. Usaid langsung berdiri dengan
kebulatan hatinya menerima agama yang telah menyinari hatinya, di melaksanakan
apa yang telah dikatakan Mush’ab meninggalkan masa-masa jahiliyah.
Mulai hari itulah Usaid bin Hudhair bergabung dalam pasukan
Islam sebagai penunggang kuda yang terkenal dan mengagumkan, dia dikenal dengan
sebutan ‘Al Kamil’ karna otaknya yang cemerlang dan kebangsawanannya yang murni,
dia mengusai pedang dan pena serta seorang ahli memanah.
Dengan keislamanya Usaid, Sa’ad bin Mu’adz masuk islam pula.
Dengan kedua tokoh ini, seluruh Masyarakat Aus masuk Islam. Maka kota Madinah
menjadi tempat Hijrahnya Nabi Muhammad saw dan tempat berdirinya pemerintahan
Islam yang besar.